Disfungsi Seksual Pria
Disfungsi Seksual Pria
Pada pria, disfungsi seksual biasanya terkait dengan masalah gairah, ereksi, dan/atau ejakulasi. Disfungsi seksual itu rumit dan bisa disebabkan banyak hal.
Memperbaiki pola makan, berolahraga lebih banyak, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari semuanya penting untuk mengobati disfungsi seksual.
Apa itu disfungsi seksual?
Pada pria disfungsi seksual biasanya melibatkan masalah dengan satu atau beberapa faktor berikut:
1. Minat seks/gairah
2. Mendapatkan ereksi
3. Ejakulasi.
Apa saja tanda dan gejala utama disfungsi seksual?
Pria yang mengalami disfungsi seksual mungkin memiliki gejala berikut:
1. Kurangnya minat pada seks. Kesulitan menjadi terangsang. Kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi.
2. Ejakulasi terlalu cepat atau terlalu lambat testosteron rendah.
Bagaimana disfungsi seksual didiagnosis?
Karena banyak gejala (misalnya, kepuasan dengan waktu untuk ejakulasi, tingkat ketertarikan pada seks) bersifat subyektif, diagnosis disfungsi seksual terutama didasarkan pada apa yang diidentifikasi individu sebagai masalah. Emosi dan pengalaman seseorang sebelumnya dapat berkontribusi pada disfungsi seksual, sehingga riwayat lengkap dan evaluasi psikiatri mungkin berguna. Demikian pula, tes laboratorium dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan penyebab fisiologis disfungsi seksual.
Apa saja perawatan medis utama untuk disfungsi seksual?
Bergantung pada kondisinya, berbagai perawatan medis dapat digunakan:
Kondisi Perawatan Medis Ejakulasi dini
1. Penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI)
2. Anestesi topikal (misalnya lidokain)
Ejakulasi tertunda
1. Penghentian obat-obatan yang dapat menyebabkan ejakulasi tertunda (misalnya, SSRI, opioid)
Disfungsi ereksi Inhibitor
1. Phosphodiesterase-5(PDE-5)(missildenafil, vardenafil, tadalafil)
2. Terapi penggantian testosteron libido rendah dan / atau penghentian obat penurun libido (misalnya, SSRI, opioid).
Selain itu, disfungsi seksual dapat disebabkan oleh beberapa masalah lain, seperti depresi, penyakit kardiovaskular, atau hipogonadisme (yaitu, testosteron rendah).
Apakah ada suplemen yang telah dipelajari untuk disfungsi seksual?
Sejumlah penelitian telah menemukan maca untuk meningkatkan hasrat seksual pada orang dengan dan tanpa disfungsi seksual. Selain itu, ekstrak kakao dapat meningkatkan fungsi seksual dengan mendukung kesehatan pembuluh darah. Sejumlah suplemen lain telah menunjukkan beberapa janji (misalnya, fenugreek, yohimbine, tribulus-terrestris, Eurycoma Longifolia Jack), tetapi sangat sedikit penelitian yang dilakukan pada suplemen ini.
Bagaimana diet bisa memengaruhi disfungsi seksual?
Pada individu yang kelebihan berat badan, atau memiliki kondisi kesehatan terkait pola makan seperti diabetes tipe-2, penurunan berat badan dapat meningkatkan fungsi seksual secara nyata.
Bisakah alkohol memengaruhi libido saya? Ya.
Meskipun sedikit alkohol dapat mengurangi hambatan seseorang dan dengan demikian meningkatkan libido Anda, terlalu banyak alkohol secara akut (mabuk) atau kronis (alkoholisme) dapat menyebabkan gangguan seksual, kehilangan libido, orgasme yang kurang intens, dan beberapa derajat disfungsi ereksi dan kemungkinan pengurangan. dalam produksi testosteron pada pria.
Apakah ada pengobatan lain untuk disfungsi seksual?
Olahraga teratur dapat memperbaiki disfungsi ereksi. Psikoterapi dan terapi seks juga efektif untuk mengobati disfungsi seksual, terutama jika disfungsi tersebut disebabkan oleh keyakinan, pengalaman sebelumnya, atau persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri. Berhenti merokok mungkin bermanfaat untuk disfungsi ereksi. Jika disfungsi seksual sekunder akibat kondisi lain, mengobati kondisi tersebut dapat mengatasi disfungsi seksual.
Apa yang menyebabkan disfungsi seksual?
Fungsi seksual "normal" membutuhkan sistem vaskular, neurologis, hormonal, dan psikologis untuk berfungsi bersama. Dengan demikian, masalah dengan gejala-gejala ini dapat menimbulkan masalah dengan fungsi seksual.
Disfungsi seksual dapat disebabkan oleh:
Masalah neurologis (misalnya, kerusakan otak, sumsum tulang belakang, atau saraf penis) Masalah pembuluh darah (misalnya, berkurangnya aliran darah penis karena penyakit kardiovaskular) Masalah endokrin (misalnya testosteron rendah, prolaktin tinggi, hormon tiroid tinggi/rendah) Masalah psikososial (misalnya, depresi, stres, atau masalah hubungan) Gangguan tidur Obat-obatan (misalnya, SSRI, opioid, obat tekanan darah tertentu) Narkoba rekreasi.
Bagaimana stres memengaruhi disfungsi seksual?
Disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh faktor fisik (seperti gangguan aliran darah ke penis) atau faktor psikologis. Disfungsi ereksi psikologis seringkali dapat disebabkan oleh stresor pribadi, profesional, atau emosional, serta tekanan untuk melakukan hubungan seksual (atau bahkan mendapatkan ereksi). Untungnya, teknik manajemen stres, bila ditambahkan ke pengobatan disfungsi ereksi tradisional, dapat memperbaiki gejala stres dan disfungsi ereksi.
Apakah testosteron rendah menyebabkan disfungsi seksual?
Sementara testosteron rendah dikaitkan dengan gejala disfungsi seksual, memiliki testosteron rendah tidak selalu menyebabkan libido rendah atau disfungsi ereksi, karena kondisi ini juga dapat disebabkan oleh beberapa penyebab lainnya. Pria juga dapat mengalami disfungsi seksual dengan kadar testosteron yang tinggi atau normal.
Karena kadar testosteron menurun seiring bertambahnya usia dan dikaitkan dengan gejala disfungsi seksual, keduanya sering dikaitkan secara tidak benar. Pada pria dengan testosteron rendah, terapi penggantian testosteron telah terbukti hanya memiliki efek ringan pada fungsi ereksi dan kepuasan seksual, tetapi memiliki efek besar pada libido.
Penyakit kelamin pria ada yang bersifat simtomatik dan ada pula yang asimtomatik, sehingga perlu diwaspadai. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat keterlambatan atau pengobatan yang tidak tepat. Penyakit kelamin pria terjadi akibat infeksi virus, bakteri atau parasit yang ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit kelamin pada pria juga bisa terjadi akibat tidak menjaga kebersihan organ intim.
Tidak semua penyakit kelamin pria bergejala. Terkadang, gejalanya bisa meniru kondisi medis lainnya. Oleh karena itu, pria perlu mengenali gejala penyakit pada organ intimnya untuk mencegah komplikasi yang tidak ditangani dengan baik.
Beberapa Penyakit Kelamin Pria Beserta Gejalanya Berikut beberapa penyakit kelamin pria yang dapat terjadi beserta gejalanya:
1. Gonore
Gonore adalah penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini ditandai dengan keluarnya cairan berwarna hijau, kuning, atau putih dari penis, rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, pembengkakan pada kulup penis, dan nyeri pada buah zakar.
Gejala ini biasanya muncul 2 minggu setelah infeksi terjadi. Namun, gejala gonore juga bisa muncul beberapa bulan setelah terinfeksi.
2. Chlamydia
Penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis ini seringkali tidak menimbulkan gejala.
Namun beberapa penderita dapat menunjukkan gejala klamidia beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejala yang muncul umumnya mirip dengan uretritis, seperti nyeri saat buang air kecil gatal dan perih di uretra serta keluar cairan bening, putih atau keruh yang tidak biasa dari penis.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis terjadi akibat infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit kelamin pria ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Kalaupun ada, gejalanya mirip dengan uretritis.
4. Kutil kelamin Sesuai dengan namanya, kutil kelamin ditandai dengan adanya kutil pada alat kelamin. Penyakit kelamin pria ini disebabkan oleh infeksi human papillomavirus atau HPV yang ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita kutil kelamin, baik saat berhubungan seks maupun berbagi mainan seks.
5. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit kelamin pria ini diawali dengan luka yang tidak nyeri pada alat kelamin atau mulut, dan ditularkan melalui kontak dengan luka tersebut.
Gejala sifilis bervariasi sesuai dengan stadium keparahan penyakit ini, yaitu:
1.Sifilis primer, terdapat luka kecil (chancre) yang tidak sakit pada tempat awal infeksi.
2.Sifilis sekunder, muncul ruam di seluruh tubuh, yang dapat diikuti dengan rambut rontok, badan pegal, demam, pegal-pegal tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening
3. Sifilis laten, terjadi jika sifilis tidak diobati dan tidak disertai gejala, namun bakteri sifilis tetap berada di dalam tubuh.
4.Sifilis tersier, terjadi jika sifilis laten tidak diobati dan merupakan komplikasi infeksi.
5.sifilis yang menyebabkan gangguan pada mata, tulang, sendi, hati, saraf, jantung, pembuluh darah, dan otak.
6. Neurosifilis, mengganggu fungsi otak dan sistem saraf termasuk mata.
6. Herpes genital Virus herpes simpleks penyebab herpes genital ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita herpes saat berhubungan seks atau berciuman. Penyakit kelamin pria ini ditandai dengan munculnya lecet pada penis, serta gejala mirip flu, seperti demam, tidak enak badan, dan kehilangan nafsu makan.
7. Balanitis Balanitis adalah penyakit menular seksual yang lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat. Penyakit kelamin pria ini ditandai dengan rasa nyeri atau gatal, kemerahan atau ruam, dan pembengkakan pada kepala penis akibat infeksi jamur atau bakteri.
8. Epididimitis Epididimitis adalah penyakit kelamin pria yang menyerang epididimis, yaitu saluran melingkar di belakang testis yang menyimpan dan membawa sperma. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan umumnya dialami oleh pria berusia 14–35 tahun. Penderita epididimitis akan mengalami pembengkakan, kemerahan, dan nyeri yang sangat hebat pada buah zakarnya, bahkan bisa menjalar hingga ke selangkangan. Penyakit kelamin pria ini juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami nyeri saat buang air kecil, demam, dan menggigil.
9. Orkitis Penyakit kelamin pria ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Penderita infeksi saluran kemih, klamidia, gonore, sifilis, dan epididimis akan lebih rentan terkena orchitis. Orkitis ditandai dengan pembengkakan salah satu atau kedua buah zakar disertai rasa nyeri. Penderita penyakit kelamin pria ini juga dapat mengalami pegal-pegal, mudah lelah, mual, sakit kepala, jantung berdebar, demam dan menggigil.
Cara Mencegah Penularan Penyakit Menular Seksual Pada Pria Untuk menghindari penyakit kelamin pria, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Jaga kebersihan alat kelamin dan sekitarnya.
2. Setia pada 1 pasangan seksual.
3. Pastikan Anda dan pasangan bebas dari penyakit kelamin. Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan organ reproduksi secara berkala.
5. Lakukan vaksinasi HPV dan hepatitis.
6. Hindari penyalahgunaan narkoba dan konsumsi alkohol.
7. Hindari berbagi penggunaan mainan seks.
Jika Anda mengalami beberapa gejala penyakit kelamin pria, hentikan aktivitas seksual untuk sementara waktu guna mencegah penularan pada pasangan. Kemudian, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Pasalnya, penyakit kelamin pria yang tidak segera ditangani berisiko menimbulkan komplikasi, antara lain gangguan pada sistem saraf, otak dan organ tubuh lainnya, serta kemandulan.
Penyakit kelamin pria ada yang bersifat simtomatik dan ada pula yang asimtomatik, sehingga perlu diwaspadai. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat keterlambatan atau pengobatan yang tidak tepat. Penyakit kelamin pria terjadi akibat infeksi virus, bakteri atau parasit yang ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit kelamin pada pria juga bisa terjadi akibat tidak menjaga kebersihan organ intim.
Tidak semua penyakit kelamin pria bergejala. Terkadang, gejalanya bisa meniru kondisi medis lainnya. Oleh karena itu, pria perlu mengenali gejala penyakit pada organ intimnya untuk mencegah komplikasi yang tidak ditangani dengan baik.
Beberapa Penyakit Kelamin Pria Beserta Gejalanya Berikut beberapa penyakit kelamin pria yang dapat terjadi beserta gejalanya:
1. Gonore Gonore adalah penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini ditandai dengan keluarnya cairan berwarna hijau, kuning, atau putih dari penis, rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, pembengkakan pada kulup penis, dan nyeri pada buah zakar.
Gejala ini biasanya muncul 2 minggu setelah infeksi terjadi. Namun, gejala gonore juga bisa muncul beberapa bulan setelah terinfeksi.
2. Chlamydia
Penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, beberapa penderita dapat menunjukkan gejala klamidia beberapa minggu setelah terinfeksi.
Gejala yang muncul umumnya mirip dengan uretritis, seperti nyeri saat buang air kecil, gatal dan perih di uretra, serta keluar cairan bening, putih, atau keruh yang tidak biasa dari penis.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis terjadi akibat infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit kelamin pria ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Kalaupun ada, gejalanya mirip dengan uretritis.
4. Kutil kelamin Sesuai dengan namanya, kutil kelamin ditandai dengan adanya kutil pada alat kelamin.
Penyakit kelamin pria ini disebabkan oleh infeksi human papillomavirus atau HPV yang ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita kutil kelamin, baik saat berhubungan seks maupun berbagi mainan seks. 5. Sifilis Sifilis adalah penyakit kelamin pria yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit kelamin pria ini diawali dengan luka yang tidak nyeri pada alat kelamin atau mulut, dan ditularkan melalui kontak dengan luka tersebut.
Gejala sifilis bervariasi sesuai dengan stadium keparahan penyakit ini, yaitu:
1.Sifilis primer, terdapat luka kecil (chancre) yang tidak sakit pada tempat awal infeksi.
2.Sifilis sekunder, muncul ruam di seluruh tubuh, yang dapat diikuti dengan rambut rontok, badan pegal, demam, pegal-pegal tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
3. Sifilis laten, terjadi jika sifilis tidak diobati dan tidak disertai gejala, namun bakteri sifilis tetap berada di dalam tubuh.
4.Sifilis tersier, terjadi jika sifilis laten tidak diobati dan merupakan komplikasi infeksi.
5.sifilis yang menyebabkan gangguan pada mata, tulang, sendi, hati, saraf, jantung, pembuluh darah, dan otak.
6. Neurosifilis, mengganggu fungsi otak dan sistem saraf termasuk mata.
6. Herpes genital
Virus herpes simpleks penyebab herpes genital ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita herpes saat berhubungan seks atau berciuman. Penyakit kelamin pria ini ditandai dengan munculnya lecet pada penis, serta gejala mirip flu, seperti demam, tidak enak badan, dan kehilangan nafsu makan.
7. Balanitis
Balanitis adalah penyakit menular seksual yang lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat. Penyakit kelamin pria ini ditandai dengan rasa nyeri atau gatal, kemerahan atau ruam, dan pembengkakan pada kepala penis akibat infeksi jamur atau bakteri.
8. Epididimitis Epididimitis adalah penyakit kelamin pria yang menyerang epididimis, yaitu saluran melingkar di belakang testis yang menyimpan dan membawa sperma. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan umumnya dialami oleh pria berusia 14–35 tahun. Penderita epididimitis akan mengalami pembengkakan, kemerahan, dan nyeri yang sangat hebat pada buah zakarnya, bahkan bisa menjalar hingga ke selangkangan. Penyakit kelamin pria ini juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami nyeri saat buang air kecil, demam, dan menggigil.
9. Orkitis Penyakit kelamin pria ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Penderita infeksi saluran kemih, klamidia, gonore, sifilis, dan epididimis akan lebih rentan terkena orchitis. Orkitis ditandai dengan pembengkakan salah satu atau kedua buah zakar disertai rasa nyeri. Penderita penyakit kelamin pria ini juga dapat mengalami pegal-pegal, mudah lelah, mual, sakit kepala, jantung berdebar, demam dan menggigil.
Cara Mencegah Penularan Penyakit Menular Seksual Pada Pria Untuk menghindari penyakit kelamin pria, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Jaga kebersihan alat kelamin dan sekitarnya.
2. Setia pada 1 pasangan seksual.
3. Pastikan Anda dan pasangan bebas dari penyakit kelamin. Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan organ reproduksi secara berkala.
5. Lakukan vaksinasi HPV dan hepatitis.
6. Hindari penyalahgunaan narkoba dan konsumsi alkohol.
7. Hindari berbagi penggunaan mainan seks.
Jika Anda mengalami beberapa gejala penyakit kelamin pria, hentikan aktivitas seksual untuk sementara waktu guna mencegah penularan pada pasangan. Kemudian, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Pasalnya, penyakit kelamin pria yang tidak segera ditangani berisiko menimbulkan komplikasi, antara lain gangguan pada sistem saraf, otak dan organ tubuh lainnya, serta kemandulan.
Ukuran penis yang normal seringkali menimbulkan banyak pertanyaan. Apalagi ada anggapan yang mengatakan bahwa kejantanan seorang pria bisa dilihat dari panjang atau besarnya penisnya. Lantas, berapa ukuran penis normal pada pria dewasa? Ukuran penis sering dianggap sebagai salah satu tolok ukur kejantanan pria. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa semakin besar ukuran penis maka semakin besar pula kemampuan seorang pria untuk dapat memuaskan pasangan seksualnya. Padahal, ini belum tentu benar.
Ukuran penis tidak sepenuhnya dapat dikaitkan dengan kejantanan dan performa seksual. Ukuran penis normal juga bisa bervariasi, tergantung usia dan faktor genetik. Ukuran penis tidak sepenuhnya berhubungan dengan kejantanan dan performa seksual. Ukuran penis yang normal juga bisa berbeda-beda, tergantung usia dan faktor genetik.
Apakah Ukuran Penis Mempengaruhi Performa Seksual?
Beberapa orang mengasosiasikan kepuasan seksual dengan ukuran penis. Mereka beranggapan bahwa pria yang memiliki penis panjang dan besar dapat lebih memuaskan pasangannya saat berhubungan seks. Namun, nyatanya pemikiran tersebut tidak benar. Dalam urusan seks, ukuran penis bukanlah faktor utama penentu kepuasan seksual.
Hal ini karena kepuasan seksual tidak selalu didapatkan saat penetrasi seksual dilakukan.
Beberapa faktor lain, seperti sentuhan, pelukan, ciuman mesra, atau pemberian rangsangan pada area sensitif wanita serta kedekatan emosional yang normal dengan pasangannya, juga berperan penting dalam menunjang kepuasan seksual. Oleh karena itu, daripada terus mengkhawatirkan ukuran penis Anda, lebih baik fokus merawat kesehatan penis dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman beralkohol, rajin berolahraga, dan rutin membersihkan area genital.
QSelain itu, untuk menjaga kesehatan penis, Anda juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin HPV. Hal ini penting untuk mencegah penularan virus HPV melalui penis ke pasangan Anda. Jangan lupa untuk mempraktekkan perilaku seksual yang sehat, yaitu dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom saat berhubungan seks. Jika Anda ragu atau memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai ukuran penis yang normal atau kondisi lainnya