BERSAHABAT DENGAN ALAM

BERSAHABAT DENGAN ALAM


Bersahabat dengan alam dengan mengurangi dampak bencana alam perlu untuk bersahabat dengan alam dengan cara mengurangi dampak akibat yang dapat merusak alam itu sendiri seperti :


Penanaman baik tepian pantai untuk mencegah abrasi dan mengurangi resiko hilangnya garis pantai hal ini mungkin sepele bagi sebagian orang tapi adanya sebuah pantainya baru adanya pulau garis pantai bila tidak di pelihara tidak menutup kemungkinan maka akan hilang pula berikut pulau-pulaunya, seperti yang telah terjadi di tepian teluk jakarta dan yang terparah adalah wilayah jawa timur yang kehilangan garis pantainya kurang lebih kiloan meter terkena abrasi laut.


penanaman hutan gundul atau mengurangi penebangan hutan baik itu legal maupun ilegal menyiapkan lahan tebang tumbuh agar penebangan hutan ilegal tidak merambah dan memperkuat hukum yang berlaku.


Memelihara drainase yang baik dengan menjaga sirkulasi sungai baik itu kota maupun daerah pedesaan mengakurasikan bank-bank sampah dengan akurat.


Mengurangi polusi udara dan mengkonfersi pembaruan energi menjadi bio energi seperti pembaharuan energi fosil ke energi hayati dan energi listrik maupun energi terbarukan lainnya seperti mengkonfersi kendaraan energi fosil ke energi listrik.


Dengan bersahabat dengan alam akan mengurangi dampak bencana meskipun semua bencana alam maupun bencana lain tetap tidak dapat di prediksi oleh siapapun.


Bencana Alam Terbesar di Indonesia, Telah Membunuh Sebagian Besar Penduduk Bumi Alam kerap melanda Indonesia.


Dikutip dari situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hal ini karena Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik; lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi ini menimbulkan potensi bencana alam seperti gunung meletus, tsunami, banjir dan tanah longsor.


Beberapa bencana alam yang terjadi bahkan cukup besar dirasakan atau disorot oleh negara lain. Berikut bencana terbesar di Indonesia yang mengguncang dunia menurut sumber BPBD dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional indonesia.


1. Letusan Gunung Merapi (1930 dan 2010) Dikutip dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tercatat sejak tahun 1600-an Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali, dengan interval letusan setiap 4 bertahun-tahun. Letusan terbesarnya terjadi pada tahun 1930. Awan panas menuruni lereng sejauh 20 kilometer ke arah barat, menghancurkan 23 desa dan menewaskan 1.369 orang. Letusan kembali terjadi 80 tahun kemudian, tepatnya pada 5 November 2010. Abu vulkanik tidak hanya menutupi wilayah Yogyakarta, tetapi juga mencapai sejumlah wilayah di Jawa Barat.


BNPB menyebutkan korban tewas akibat Merapi mencapai 275 orang, termasuk juru kunci Mbah Maridjan alias Ki Surakso Hargo yang ditemukan tewas akibat terjangan awan panas di rumahnya. Letusan Gunung Merapi sontak menjadi sorotan media internasional, antara lain Inggris, Jerman, Prancis, dan Singapura.



2. Gempa, Tsunami dan Likuifaksi di Palu dan Donggala (2018) Pada tanggal 28 September 2018, warga di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala dan Kota Palu diguncang gempa. Guncangan di Palu berkekuatan 7,4 skala Richter dengan kedalaman 10 km, sedangkan posisinya 27 meter di sebelah timur laut Donggala. Lalu, lima menit berselang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Namun, gelombang tsunami setinggi enam meter menyapu kota Palu sebelum warga sempat menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Selain tsunami dan gempa bumi, bencana likuifaksi juga terjadi sehingga menyebabkan tanah larut dan membawa apa saja yang ada di atasnya mengalir. BBC menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 2.045. Sejumlah negara juga memberikan bantuan kepada Indonesia, antara lain Inggris, Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang memberikan bantuan tunai dan barang senilai USD 20,8 juta.



3. Gempa Sumatera Barat (2009) Pada tanggal 30 September 2009 terjadi peristiwa memilukan di Sumatera Barat. Gempa berkekuatan 7,6 skala Richter terjadi di lepas pantai pada pukul 17:16:10 WIB dengan kedalaman 87 km, sekitar 50 km barat laut kota Padang. Kerusakan terjadi di berbagai daerah, seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Kekuatan gempa bahkan dirasakan di luar Indonesia, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Berdasarkan data Pemda Sumbar, korban tewas sekitar 1.115 orang meninggal dunia, 2,32 luka-luka, dan 279.000 bangunan rusak. Banyak negara yang membantu Indonesia dalam peristiwa ini, seperti Australia, China, Uni Eropa, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Qatar, Thailand, Taiwan, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.



4. Letusan Gunung Toba 74.000 Tahun Lalu Seperti diketahui, Danau Toba merupakan ikon Sumatera Utara dan didapuk menjadi danau terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 1.130 kilometer persegi. Namun, dikutip dari situs Kementerian ESDM, Danau Toba dulunya merupakan supervolcano dan merupakan gunung api yang tidak aktif (Tipe B). Dipercaya bahwa sekitar 74.000 tahun yang lalu, letusan Gunung Toba mampu memusnahkan sebagian besar umat manusia. Letusan tersebut menjadi yang paling dahsyat yang pernah ada di bumi. Hanya 5.000-10.000 orang yang mampu bertahan hidup. Bahkan perubahan iklim global telah terjadi. Gunung tersebut memuntahkan 2.800 kilometer kubik abu dan menutup atmosfer bumi hingga 6 tahun, menurunkan suhu udara.



5. Gempa Yogyakarta (2006) Pada tanggal 27 Mei 2006, tepat pada pagi hari pukul 05.53, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak orang yang masih tertidur, sehingga mereka terjebak di dalam rumah yang roboh. Sebanyak lebih dari 5.800 orang tewas dan 20.000 luka-luka. Bangunan dan infrastruktur hancur. Bahkan Candi Prambanan pun menjadi korban. Gempa Yogyakarta diyakini akan menjadi gempa terbesar kedua di Indonesia setelah peristiwa yang melanda Aceh pada tahun 2004. Akibat gempa tahun 2006 tersebut, Yogyakarta mulai meningkatkan mitigasi bencana. Para menteri penanggulangan bencana Asia Pasifik mengadakan pertemuan pada tahun 2012 di Yogyakarta untuk menyampaikan pelajaran yang dapat diambil dari gempa bumi tahun 2006, dan Deklarasi Yogya ditetapkan sebagai Dokumen PBB.



6. Tsunami Flores (1992) Pada tanggal 12 Desember 1992, gempa berkekuatan 6,8 skala liter mengguncang Laut Flores. Pusat gempa berada di kedalaman laut, 35 km sebelah barat Kota Maumere, tepatnya pukul 13.29 WITA. Tidak hanya itu, tsunami setinggi 30 meter juga menerjang selama 15 menit, menghancurkan rumah-rumah yang hancur akibat gempa. Daerah yang terkena tsunami berada di Kabupaten Sikka, Ende, Ngada dan Flores Timur. Peristiwa itu menewaskan lebih dari 3.000 orang, 500 orang hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 warga terpaksa mengungsi. Tercatat juga 18.000 rumah, 113 sekolah dan 90 tempat ibadah hancur. Karena saat itu Indonesia belum memiliki ahli tsunami, banyak penelitian tentang tsunami Flores yang dilakukan oleh para peneliti Jepang.



7. Gempa dan Tsunami Aceh (2004) Pada tanggal 26 Desember 2004, pukul 07:58:53 WIB, terjadi gempa bumi di Banda Aceh yang disusul dengan tsunami besar yang meluluhlantakkan sebagian besar wilayah di Banda Aceh. Dikutip dari jurnal “Tsunami Aceh 2004 Sebagai Dasar Penataan Ruang Kota Meulaboh”, gempa tektonik tersebut berpusat di 3.316°LU, 95.854°BT Samudera Hindia dengan magnitudo 9,1 Mw. Gempa tersebut bahkan disebut sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah terjadi dalam sejarah. Lalu datanglah gelombang tsunami setinggi 30 meter. Tidak hanya di Indonesia, ada 15 negara yang terkena dampak peristiwa ini, namun yang memakan korban jiwa berada di Sri Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maldives, Malaysia dan Somalia. Menurut data Bank Dunia, terdapat 169.000 kematian dari Indonesia, sedangkan total korban mencapai 230.000 di negara-negara yang terkena dampak.



8. Letusan Gunung Krakatau (1883) Gunung Krakatau berada di tengah antara pulau Jawa dan Sumatera. Berkat letusan Gunung Krakatau Purba pada tahun 1883, dua kawasan yang dulunya bersatu kini terpisah. Letusan Gunung Krakatu pada tahun 1883 diyakini sebagai letusan eksplosif terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1883, Krakatau memuntahkan jutaan ton batuan, debu, magma, dan material vulkanik. Bahkan letusannya mampu menimbulkan gelombang tsunami yang meluluhlantakkan pesisir Lampung dan Banten. Ledakan terdengar hingga Perth, Australia. Ribuan orang meninggal akibat gelombang panas, tsunami yang menghancurkan pulau-pulau di sekitar Krakatau, hingga dampak global seperti peningkatan suhu bumi yang mengganggu cuaca selama bertahun-tahun. Langit di seluruh dunia menjadi gelap dan terjadi fenomena matahari terbenam yang luar biasa.



9. Letusan Gunung Tambora (1815) Letusan Gunung Tambora terjadi pada April 1815 dan ditandai sebagai salah satu letusan gunung berapi terbesar yang berdampak global. Puncak letusan eksplosif terjadi pada 10 April 1815. Letusan Tambora berhasil membuat bumi mengalami satu tahun tanpa musim panas pada tahun 1816, karena suhu global menurun antara 0,4–0,7 °C. Volcanic Explosivity Index (VEI) menyebutkan ledakan Gunung Tambora mencapai level 7, yaitu 10 kali lebih besar dari Krakatau. Isi perut gunung berupa material vulkanik, abu dan batuan cair yang dimuntahkan, bahkan suara ledakannya terdengar hingga ke Sumatera.



Diyakini bahwa suara ledakan itu setara dengan 800 megaton TNT. Bahkan Sir Stamford Raffles pun menurunkan pasukannya untuk menyelidiki asal muasal suara tersebut. Akibat kejadian ini, sebanyak 80.000 orang tewas.



10. Letusan Gunung Kelud (2014) Gunung Kelud di Jawa Timur meletus setelah sebelumnya dinaikkan statusnya menjadi waspada. Letusan tersebut dianggap yang terbesar sejak peristiwa tahun 1990. Pada pukul 22.50 WIB, Gunung Kelud memuntahkan letusan berupa aliran magma yang menyebabkan hujan batu kerikil di beberapa wilayah Jawa Timur, bahkan terdengar geramannya. sampai Purbalingga. Hujan abu juga menutupi sebagian besar Pulau Jawa dan menghentikan semua aktivitas masyarakat. Korban tewas akibat letusan mencapai 4 orang, berdasarkan laporan BNPB. Namun sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan sedikitnya lebih dari 15.000 jiwa. Termasuk letusan tahun 1919 yang merenggut nyawa 5.160 orang. Dampak letusan Gunung Kelud pada tahun 2014 menyita perhatian dunia. Sejumlah media massa internasional yang menyampaikan berita tersebut terdiri dari Associated Press America, Reuters (UK), ABC News (Australia), dan Xinhua (China).


Lindungi bumi



Indonesia merupakan negara yang sangat rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung. Gempa dan Tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004 yang menelan banyak korban jiwa di Provinsi Aceh (NAD) dan Sumatera Utara memaksa upaya cepat untuk mengedukasi masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik terhadap bencana alam. Namun, upaya yang dilakukan tidak efektif karena persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata pelajaran utama dalam kurikulum di Indonesia. Tidak banyak materi pendidikan yang berkaitan dengan bencana alam.



Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyebutkan bahwa penduduk di kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terhadap dampak bencana alam dibandingkan penduduk di kawasan Afrika dan 25 kali lebih rentan dibandingkan penduduk di Amerika Utara dan Eropa.



Laporan PBB memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta orang terkena dampak bencana alam. di Indonesia sejak 1980 hingga 2009. Dari laporan yang sama Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai salah satu negara paling rawan terkena bencana alam di kawasan Asia Pasifik pada periode 1980-2009. Laporan Kajian Global tentang Pengurangan Risiko Bencana tahun 2009 juga memberi Indonesia peringkat tinggi dalam dampak bencana terhadap manusia – 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.



Walaupun perkembangan Menejemen Bencana di Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya perbaikan yang lebih signifikan.Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan manajemen bencana Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun 2005, masih dalam tahap pengembangan.



Sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia, pejabat daerah dan provinsi dituntut berada di garis depan penanggulangan bencana alam sedangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan TNI dapat membantu bila diperlukan. Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi tetapi baru terbentuk di 18 daerah. Selain itu, salah satu kelemahan penanggulangan bencana di Indonesia adalah karena kurangnya sumber daya.



Bencana alam seringkali menimbulkan korban, oleh karena itu diperlukan tindakan penyelamatan ketika terjadi bencana, seperti. Tindakan penyelamatan yang harus dilakukan Jika bencana alam telah terjadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penyelamatan diri.





Beberapa tindakan penyelamatan saat terjadi bencana antara lain sebagai berikut:



1. Penyelamatan saat terjadi gempa Tenang dan jangan panik agar Anda dapat mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan diri dan keluarga. Segera tinggalkan rumah jika berada di dalam rumah. Cari tempat yang agak lapang agar tidak tertimpa pohon atau bangunan yang bisa roboh. Saat Anda berada di gedung bertingkat atau gedung bertingkat tinggi, kemungkinan besar akan sangat sulit dan memakan waktu untuk keluar.



Yang harus Anda lakukan adalah berlindung di bawah meja atau tempat yang dapat melindungi diri Anda dari puing-puing atau benda yang jatuh. Saat berada di jalan raya, kurangi kecepatan kendaraan atau berhenti di pinggir jalan, namun usahakan berhenti jauh dari pohon, papan reklame, atau bangunan di sekitar jalan. Saat berada di keramaian, hindari berdesak-desakan untuk keluar pintu. Lebih baik mencari tempat berlindung yang aman dari puing-puing atau benda yang jatuh.



2. Cara Menghadapi Tsunami Jika terjadi gempa bumi, kemudian air laut surut secara tiba-tiba, segera lari dari pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi karena kemungkinan besar akan terjadi tsunami. Jika itu terjadi dalam keadaan darurat, segera cari gedung bertingkat dan naik. Pemerintah memasang alat pemantau dini tsunami di pesisir pantai. Jika terjadi gempa dan disertai tsunami, atat akan membunyikan sirinenya. Saat Anda mendengar sirene, menjauhlah dari pantai dan cari tempat yang tinggi.



3. Saat terjadi banjir Saat banjir sudah masuk ke dalam rumah, lebih baik mengungsi ke tempat yang lebih aman. Perhatikan kebersihan tempat, makanan dan minuman. Saat terjadi banjir, kuman mudah menyebar dan menularkan penyakit. Waspadai lingkungan sekitar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya sengatan listrik.

Penanganan Penyebab Kebakaran Hutan Usahakan untuk tidak keluar rumah terlalu banyak untuk menghindari asap. Jika keluar rumah, gunakan masker untuk mengurangi efek buruk asap pada pernapasan kita.



4. Evakuasi Korban Luka ke Rumah Sakit Bencana alam terjadi secara tiba-tiba, terkadang menyebabkan luka-luka atau kematian. Para korban yang terluka harus segera dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman, sedangkan yang meninggal dievakuasi dan dimakamkan. Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sekitar yang tidak terkena bencana, relawan, tim SAR atau dari pihak TNI.



5. Pemberian Bantuan yang Dibutuhkan Korban Korban bencana sangat membutuhkan pertolongan. Bantuan yang sangat dibutuhkan meliputi makanan, minuman, pakaian, selimut, tenda atau perlengkapan sekolah. Bantuan ini dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat setempat, masyarakat dari daerah lain, lembaga swadaya masyarakat, lembaga sosial atau dari negara lain. Bantuan bisa berupa barang atau bantuan psikis atau mental untuk bisa menghadapi bencana dengan sabar dan tabah sehingga kita bisa kembali berbenah kehidupan. Bantuan ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya sebuah. Diberikan langsung kepada korban.

a. Melalui lembaga sosial

b. Melalui lembaga lain yang membuka posko bantuan, misalnya stasiun televisi.



6. Pemberian Bantuan Pemulihan Pascabencana Bencana alam mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Apalagi jika rumah penduduk atau bangunan lainnya rusak cukup parah, pasar, kantor atau sekolah yang rusak dapat mengganggu kegiatan ekonomi dan kegiatan belajar mengajar. Agar kondisi pulih, pemerintah dan masyarakat bahu-membahu memberikan bantuan yang diperlukan untuk pemulihan ini.



Indonesia sudah berkali-kali dilanda bencana. Namun tahukah Anda apa definisi bencana? Apa penyebab bencana tersebut? Ya, pengertian bencana diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menyatakan bahwa pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun non Faktor alam serta faktor lainnya yang mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.





Definisi tersebut menyatakan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 juga mendefinisikan bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.





Bencana yang disebabkan oleh faktor alam adalah bencana yang disebabkan oleh suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan bencana yang disebabkan oleh faktor non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang meliputi kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, wabah penyakit, dan wabah penyakit. Sedangkan bencana yang disebabkan oleh faktor sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia, yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas, dan teror.





Pada prinsipnya, bencana dapat disebabkan oleh alam dan perbuatan manusia. Bencana yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi dan tsunami. Sedangkan bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang dapat disebut sebagai salah satu faktor utama penyebab bencana.





Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain: Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), bahaya alam dan bahaya buatan manusia dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, dan bahaya biologis. (biological hazard), bahaya teknologi (technological hazard) dan kerusakan lingkungan (environmental degradasi) Tingginya kerentanan masyarakat, infrastruktur dan elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana Rendahnya kapasitas berbagai komponen masyarakat.