Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Membuat Sabun Cream Detergen

 


Cara Membuat Sabun Cream Detergen

Bahan-bahannya :

  1. Soda Api 50 gram. 
  2. STPP (Sodium Tripoli Pospat) 50 gram.
  3. Cmc (Carbocyl Mettyl Calycus Celolose) 30 gram. 
  4. ABS (Alelcyl Benzoat Sulfat) 300 gram. 
  5. Air matang 600 cc. 
  6. Kalsium Carbonat 50 gram. 
  7. Soda ask 100 gram. 
  8. Bahan warna Bibit minyak 5 cc.

Cara Pembuatannya :

a. Cmc dilarutkandengan ABS diaduk sampai senyawa kental seperti asam belerang, dalam satu tempat yang dibuat dari pada plastik atau email.

b. Soda Api, STPP, Soda ask, Bahan warna, dilarutkan dalam air , kemudian diaduk secepatnya sehingga merata dan dalam pengadukannya waktunya 5 menit.

c. Larutan b, yang sudah berbentuk cairan dimasukkan pada hasil larutan a, kemudian diaduk sehingga busanya naik, kalau tidak halus, masukkanlah Kaoline sedikit demi sedikit sambil diaduk supaya tidak ada teping yang kristal.

d. Yang terakhir bibit minyak wangi dilarutkan pada campuran tersebut di atas dan diaduk sampai merata betul-betul.

Catatan :

STPP Berbentuk tepung putih agak kekasar-kssaran.

CMc cirinya adalah susah larut dengan air apabila larut agak lengket.

A. B.S ini berbentuk coklat dan sigatnya panas, dan kemiliki nama lain yaitu disebut marlon.


Banyak sekali jenis-jenis sabun yang ada sekarang ini seperti lifeboy, dove, nuvo, dllnya.


Sekian bagaimana membuat sabun, dan dibawah ini membahas tentang sejarah keberadaan sabun itu sendiri.


Bagaimana awal perkembangannya sabun?


Pasti belum ada yang tahu tentang sejarah sabun dan awal mula nya ada di dunia dan juga mulai berkembangnya dan terutama perkembangan masuk sabun di indonesia atau nusantara,yuk mari kita simak bagaimana tentang sejarahnya sabun ini.


Berdasarkan ukiran yang terdapat di bejana gerabah peninggalan Babilonia, bahan-bahan yang terkandung dalam sabun diduga telah dimanfaatkan sejak 2.800 SM. Dalam Papirus Eber, dokumen kesehatan Mesir Kuno tahun 1.500 SM, masyarakat Mesir Kuno menggunakan kombinasi minyak hewani atau nabati dengan garam alkali dikenal dengan istilah saponifikasi untuk menyembuhkan penyakit kulit dan membersihkan badan.


Istilah saponifikasi diambil dari bahasa latin sapo yang artinya soap atau sabun. Sapo merupakan nama sebuah gunung ada juga yang menyebutnya bukit dalam legenda Romawi Kuno, yang biasa menjadi tempat pemotongan hewan kurban dalam upacara. Ketika hujan, sisa-sisa lemak hewan itu tercampur abu kayu pembakaran dan mengalir ke Sungai Tiber di bawah gunung. Tak diduga, saat masyarakat sekitar sungai mencuci, mereka mendapati air mengeluarkan busa dan pakaian mereka menjadi lebih bersih.


Pada abad ke 1 masyarakat Romawi Kuno melakukan saponifikasi dengan cara mereaksikan ammonium karbonat yang terdapat dalam air seni (urine) dengan minyak tumbuhan dan lemak hewan. Ada pekerja khusus yang mengumpulkan air seni (fullones) untuk dijual ke para pembuat sabun. Tapi baru pada abad ke-2 dokter Galen (130-200 SM) menyebutkan penggunaan sabun untuk membersihkan tubuh.


Ahamad Y. al Hassan dan Donald Hill dalam bukunya Islamic Technology : An Illustrated History, menyebut Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al Razi, kimiawan Persia, sebagai peracik pertama ramuan sabun modern. Orang Arab membuat sabun dari minyak nabati atau minyak atsiri, misalnya minyak thymus. Sentra industri sabun berada di Kufah, Basrah, dan Nablus di Palestina. Sabunnya sudah berbentuk padat dan cair.


Masyarakat di Eropa Utara, pada abad pertengahan, baru mengenal sabun cair tapi baunya kurang enak. Pada abad ke-13 jenis sabun keras mulai diekspor ke Eropa. Teknologi pembuatan sabun juga ditransfer ke Italia dan Prancis selatan selama Renaissance.


Di Inggris, seperti ditulis John A. Hunt dalam bukunya yang berjudul A Short History Soap, dimuat di Pharmaceutical Journal, 1999, catatan Bristol Company of Soapmakers untuk tahun 1562-1642 menunjukkan lebih dari 180 orang terlibat dalam bisnis sabun. Bisnis sabun mendapat tempat yang istimewa di Inggris. Pada 1622 Raja James memberikan hak monopoli kepada seorang pembuat sabun dengan membayar imbalan $100.000 setahun.


Sekalipun sabun mulai dikenal, ia masih menjadi barang asing bagi sebagian masyarakat di Eropa Tengah. Menurut Alicia Alvrez dalam bukunya The Ladies′ Room Reader : The Ultimate Women′s Trivia Book, Di Jerman, Duchess of Juelich merasakan sensasi luar biasa ketika mendapat hadiah sekotak sabun dari sahabatnya pada 1549. Pada 1672, seorang Jerman bernama A. Leo harus menuliskan keterangan rinci cara penggunaannya ketika mengirimkan bingkisan hadiah berisi sabun kepada seorang puteri Prusia, Lady von Schleinitz.


Berbeda dengan Inggris, penguasa Perancis Raja Louis XIV justru bersikap keras kepada pembuat sabun. Sang raja pernah menghukum mati dengan pisau guillotin terhadap tiga orang pembuat sabun karena membuat kulit sang raja iritasi. Takut ditimpa hukuman yang sama, beberapa pembuat sabun berusaha lebih serius untuk menciptakan sabun berkualitas baik.


Revolusi industri yang berkembang di negeri-negeri Eropa pada abad ke-19 memperpesat industri sabun. Namun di beberapa negara, sabun masih dikenai pajak tinggi karena tergolong barang mewah. “Kombinasi monopoli dan pajak khusus telah menghalangi pembangunan industri sabun” tulis Patricia E. Malcolmson dalam English Laundresses : a Social History, 1850-1930. Pada 1852 Inggris dan Prancis menghilangkan pajak sabun untuk meningkatkan standar hidup bersih dan sehat masyarakat. Sabun pun menjadi komoditas sehari-hari yang bisa digunakan masyarakat biasa.


Sebelum mengenal sabun, masyarakat di Nusantara biasanya mandi dengan menggosokkan lempeng-lempeng batu halus untuk menyingkirkan kotoran di tubuh. Agar kulit harum dan halus, mereka menaburkan kuntum mawar, melati, kenanga, sirih, dan minyak zaitun dalam wadah penampungan air. Kebiasaan ini masih berlangsung hingga 1980-an, terutama di desa-desa. Bahkan saat ini, sekalipun menggunakan sabun, ada yang merasa belum bersih tanpa menggosokkan batu ketika mandi.


Salah satu perusahaan yang memperkenalkan sabun produksi industri adalah Unilever, merger antara perusahaan asal Inggris, Lever Brothers, dan perusahaan asal Belanda, Margarine Urine. Produk sabun Unilever adalah Lifebuoy, Lux, Sweetmay, dan Capitol. Unilever membuka anak perusahaan di Jakarta pada 1931. Pesaingnya, P&G, produksi perusahaan Jerman, Dralle –yang pada 1940-an berubah nama menjadi Colibri dan diambil-alih Unilever. Saat Perang Pasifik, Unilever diambil-alih militer Jepang untuk kepentingan perang. Ini membuat sabun jadi barang langka.


Kalau pun ada, harganya melonjak. Untuk mengatasinya, pada 1943 otoritas Jepang mengeluarkan izin operasi kepada 94 perusahaan sabun:


11 untuk orang Indonesia, dan selebihnya Tionghoa. Tak satu pun izin untuk orang Eropa. Selain itu, militer Jepang memberikan latihan cara membuat sabun agar rakyat bisa hidup mandiri. Latihan itu diadakan di gudang Pusat Tenaga Rakyat (Putera) di Jalan Sunda 28 Jakarta. Selain untuk keperluan sehari-hari, rakyat yang telah mahir membuat sabun biasanya menjual sabun hasil buatan mereka.


Sabun yang bahan dasarnya terbuat dari minyak kelapa, abu, kapur, dan garam itu memiliki kualitas yang baik dan membuka lapangan usaha baru bagi rakyat,” tulis harian Borneo Shimboen, 22 Oktober 1943. Setelah perang berakhir, Unilever mencoba bangkit.


Tapi Unilever kembali berada dalam posisi sulit ketika terjadi gejolak politik pada 1950-an menyangkut Papua Barat. Semua perusahaan Belanda dinasionalisasi. Staf Unilever diusir dan diganti oleh tenaga-tenaga Inggris dan Jerman. Operasinya di bawah pengawasan pemerintah tahun 1964. Produksi Unilever merosot.


Sejarawan Alwi Shahab, dalam blog pribadinya alwishahab.wordpress.com menulis, saat Bung Karno melancarkan politik berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), umumnya masyarakat mandi dengan memakai sabun batangan yang disebut sabun cuci. “Maklum, sabun Lux, Camay, Lifebuoy masih ngumpet di Singapura,” tulis Alwi Shahab.


Pada 1967 kendali Unilever dikembalikan. Sejak itu produk-produk Unilever kembali merajai pasar penjualan sabun di Indonesia. Pesaing bermunculan. Kini, sabun sudah menjadi barang kebutuhan sehari-hari. Mandi takkan terpisahkan dari sabun. Tinggal bagaimana membiasakan diri mencuci tangan pakai sabun. Indonesia, berdasarkan survey Departemen Kesehatan tahun lalu, termasuk negara yang malas cuci tangan pakai sabun. Padahal, sejak 2008, Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah menetapkan 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia.


Itulah perkembangan dan sejarah sabun dari jaman ke jaman yang terus mengikuti perkembangan modernisasi global, Jadi tahu kan bagaimana sejarah perkembangan sabun dan juga bagaimana membuatnya sendiri.


Sekian terimakasih semoga keterampilan ini dan informasi tentang sabun ini bermanfaat bagi kita semua. Selalu cuci tangan dan jaga kebersihan.